Obama: Mengapa Saya Kristen


ALBUQUERQUE, KOMPAS.com Sebuah acara yang dirancang untuk diskusi mengenai masalah perekonomian berubah menjadi acara yang membahas masalah pribadi, Selasa (28/9/2010). Hal itu terjadi ketika seorang perempuan menanyakan kepada Presiden AS Barack Obama tentang iman Kristen dan pandangannya terhadap aborsi.

Pertanyaan itu mencuat pada sebuah pertemuan bergaya balai kota di halaman sebuah rumah di Albuquerque, AS, sebagai bagian dari pendekatan publik Obama untuk menjelaskan kebijakannya dan dalam rangka kampanye Partai Demokrat untuk pemilu kongres pada November mendatang.
Setelah sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa hanya sepertiga dari orang Amerika yang dengan benar mengidentifikasi Obama sebagai seorang Kristen, Presiden memberikan tanggapan pribadi, sebagai orang dewasa, dalam percakapan itu. Ia juga memaparkan tentang bagaimana tugas pelayanan publiknya menjadi bagian dari praktik imannya.

"Saya seorang Kristen karena pilihan," kata Obama memulai jawabannya, dengan tetap berdiri di bawah terik matahari, ketika ditanya mengapa ia menjadi seorang Kristen. "Saya memeluk iman Kristen belakangan, dan itu karena ajaran Yesus Kristus yang berbicara kepada saya tentang kehidupan yang ingin saya lakoni," kata Obama seperti dikutip CNN. "Menjadi pelindung bagi saudara dan saudari saya. Memperlakukan orang lain sebagaimana mereka akan memperlakukan saya. Dan saya pikir, juga memahami itu, bahwa Yesus Kristus wafat untuk dosa-dosa saya, berbicara dengan kerendahan hati bahwa kita semua harus berlaku sebagai manusia."

Ia melanjutkan, "Manusia penuh dosa dan makhluk tak sempurna yang membuat kesalahan dan memperoleh keselamatan melalui kasih karunia Allah." Ia menambahkan, "Kita juga dapat melihat Tuhan pada sosok orang lain dan melakukan hal terbaik kita untuk membantu mereka menemukan kasih karunia mereka sendiri."

"Jadi, itulah yang berusaha saya lakukan," kata Obama. "Itu yang saya panjatkan dalam doa untuk saya lakukan setiap hari. Saya pikir tugas pelayanan publik saya adalah bagian dari upaya itu, untuk mengungkapkan iman Kristen saya."

Pada saat yang sama, Obama menekankan keyakinannya bahwa kebebasan beragama adalah bagian dari kekuatan penting Amerika Serikat. "Ini merupakan sebuah negara yang masih didominasi Kristen, tapi kita punya orang-orang Yahudi, Muslim, Hindu, ateis, agnostik, Buddha dan lain-lain," katanya. Ia menambahkan, "Jalan rahmat mereka (warga non-Kristen) adalah salah satu yang kita harus hargai dan hormati sebagaimana keyakinan kita sendiri, dan itulah yang menjadikan negara ini seperti apa adanya saat ini."

Penanya yang sama juga menanyakan tentang peraturan aborsi dini dan aborsi saat usia kandungan sudah tua, yang menjadi isu politis dalam perdebatan aborsi. Obama menjawab, aborsi harus menjadi sesuatu yang "aman, legal, dan langka" di Amerika. Ia pun menambahkan bahwa keluargalah, bukan pemerintah, yang harus membuat keputusan tentang hal itu.

Pada tanggal 19 September, Obama secara terbuka menghadiri kebaktian di gereja untuk pertama kalinya dalam hampir enam bulan sejak keluarga itu bergabung dengan kebaktian pada pukul 09.00 di Gereja St John Lafayette Square, sebuah kongregasi Episkopal yang terletak sekitar satu blok dari Gedung Putih. Keluarga itu duduk beberapa baris dari altar, di antara sekitar 40 anggota jemaat.

Sebagai informasi, sebuah survei yang dilakukan pada akhir Juli dan awal Agustus oleh Pew Forum tentang Agama dan Kehidupan Publik menunjukkan, hampir satu dari lima orang Amerika percaya bahwa Obama seorang Muslim. Angka itu naik dari sekitar satu dari 10 orang Amerika yang mengatakan ia Muslim pada tahun lalu. Jumlah orang Amerika yang menyatakan ragu-ragu tentang agama sang Presiden jauh lebih besar dan terus bertumbuh, termasuk di antara basis politik Obama. Sebagai contoh, kurang dari setengah dari pendukung Demokrat dan Afrika-Amerika saat ini mengatakan, Obama seorang Kristen.

Menurut survei Pew yang dirilis bulan lalu, sebagian besar dari mereka yang berpikir Obama seorang Muslim adalah pendukung Republik. Namun, jumlah kelompok independen yang percaya dia Muslim telah berkembang secara signifikan, dari 10 persen tahun lalu menjadi 18 persen pada musim panas ini. Pada Maret 2009, 36 persen orang Afrika-Amerika mengatakan, mereka tidak tahu apa agama Obama. Sekarang, 46 persen warga Afrika-Amerika mengatakan mereka tidak tahu.

Egidius Patnistik

Orang Percaya Yang Teraniaya Adalah Pahlawan Sesungguhnya, Bukan Michael Jackson

Michael Jackson
Pada 26 Juni lalu, sehari setelah kematian Michael Jackson, judul berita utama pada Associated Press yang saya baca adalah "Kita Kehilangan seorang Pahlawan" – Penggemar di Seluruh Dunia Berduka Untuk Raja Pop.”

Dalam cerita tersebut disebutkan tentang beberapa kelompok pemujanya di seluruh dunia, termasuk para pemimpin dunia, menganggap Jackson sebagai “idolaku,” “tuanku” dan seorang performer abadi.

Dalam cerita tersebut juga memuat perkataan mantan wanita pertama Filipina Putri Imelda Marcos yang mengatakan: “…..berbagai tuduhan, penganiayaan yang dialaminya menyebabkan dia mengalami masalah keuangan dan penderitaan batin. Meskipun pengadilan telah memenangkan dia, namun pertempuran tersebut telah merenggut jiwanya. Ada sebuah pelajaran di sini bagi kita semua.”

Ya, ada sebuah pelajaran yang dapat dipelajari! Tetapi bukan mengenai “penganiayaan” selebritis seperti Jackson. Pelajaran nyata yang seharusnya diperhatikan oleh masyarakat di dunia Barat adalah agar mereka mengalihkan perhatian mereka kepada penderitaan dan penganiayaan yang terjadi sehari-hari di negara-negara seperti Korea Utara, Arab Saudi dan Iran.

Saya telah berbicara kepada ratusan Kristiani di negara-negara yang terdapat pembatasan yang mana mereka benar-benar mengalami penganiayaan karena iman mereka terhadap Yesus Kristus. Apa yang dialami oleh Raja Pop dalam hidupnya bukanlah penganiayaan. Dalam persiapan upacara pemakaman Selasa lalu, saudara-saudara lelakinya bahkan tidak menyetujui mengggunakan tradisi agama apa pun dalam prosesi upacara pemakamannya, sehingga mereka memilih untuk menggunakan prosesi non denominasi, menurut New York Daily News.

Biarlah saya meringkas beberapa kejadian penganiayaan Kristiani yang terjadi sejak kematian Michael Jackson pada 25 Juni lalu:

Sedikitnya lima orang terbunuh dan 30 orang dipenjarakan pada Minggu lalu setelah menyusul terjadinya letusan di sebuah gereja Katolik di kota Cotabato, Filipina.

Di Pakistan, setelah seorang Muslim menyerang seorang pekerja Kristiani yang meminta untuk melepaskannya pada 30 Juni lalu, seorang imam di sebuah desa dekat Lahore menggunakan pengeras suara di sebuah mesjid untuk mengumumkan penyerangan terhadap umat Kristiani. Akibatnya, lebih dari 500 umat Muslim mengobrak-abrik dan menjarah sedikitnya 110 rumah, menurut Compass Direct News.

Sebuah berita yang diterima minggu lalu yang menyebutkan bahwa ektrimis Islam telah memenggal kepala dua orang anak laki-laki di Somalia awal tahun ini karena ayah mereka yang beragama Kristen menolak untuk memberikan informasi mengenai seorang pemimpin gereja. Para pembunuh saat ini melakukan penggeledehan di kamp-kamp pengungsian Kenya untuk melakukan hal yang sama terhadap ayah kedua anak tersebut, menurut Compass Direct. Percayalah kepada saya, bahwa ini seperti puncak gunung es yang mencair.

Gambaran seorang pahlawan dalam kamus saya adalah “seorang yang berbeda dalam hal keberaniannya yang luar biasa, keuletan atau usaha kerasnya. Seorang idealis yang memiliki kualitas atau tindakan superior.”

Kristiani yang mempertaruhkan hidup mereka pada garis depan merupakan pahlawan-pahlawan yang sesungguhnya….pahlawan-pahlawan iman.

Saya akan memberitahukan kepada anda tentang seorang pahlawan.

Pada November, 2005, Ghorban Dordi Tourani, seorang Muslim berusia 53 tahun yang berkonversi menjadi Kristen di Iran, telah ditangkap oleh polisi rahasia. Beberapa jam kemudian, tubuhnya yang bersimbah darah dan penuh luka bekas tikaman ditemukan tergeletak di depan rumahnya di Gonbad-E-Kavus, dimana dia tinggal bersama dengan istri dan keempat orang anaknya, menurut Compass Direct. Setahun sebelum kematiannya, Tourani menuliskan doa ini: “Tuhan Yesus, biarlah aku memuliakan nama-Mu yang kudus setiap saat dalam hidupku di bumi. Aku akan memberikan hidupku menjadi milik-Mu, untuk kemuliaan-Mu dan gereja-Mu.”

Para penggemar fanatik Michael Jackson telah megolok-olok seorang pahlawan seperti Ghorban Tourani. Beberapa dari mereka menurut laporan bersedia membayar lebih dari $15.000 secara online untuk tiket upacara pemakaman. Hal itu adalah pernyataan yang menyedihkan yang diucapkan oleh para penggemar dan media “para bintang” Hollywood, dimana banyak diantara mereka yang hidup dalam sebuah dunia fantasi.

Saya memiliki seorang Tuan. Dia adalah Yesus Kristus. Dia adalah satu-satunya yang saya sembah.

Ini mengingatkan saya pada ayat dalam Mazmur 146:3-5: “Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya. Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya.”

Diperkirakan sekitar 100 juta orang Kristiani menderita, ditangkap dan bahkan mati karena iman mereka kepada Kristus, dimana jutaan orang lebih mengalami diskriminasi dan pengasingan. Open Doors memberikan dukungan dan menguatkan orang-orang percaya di daerah-daerah yang sangat sulit di dunia melalui pendistribusian Alkitab dan buku-buku Kekristenan, pelatihan kepemimpinan dan bantuan, mengembangkan komunitas Kristen, berdoa dan menghadirkan ministri serta advokasi bagi orang-orang percaya yang menderita. Jika ingin menjadi patner Open Doors USA, dapat menghubungi no bebas pulsa di 888-5-BIBLE-5 (888-524-2535) atau mengunjungi Website kami di www.OpenDoorsUSA.org.


Dr Carl Moeller adalah pesiden/CEO Open Doors USA

Jawaban tentang Pengajaran Palsu dan melihat dengan Persepsi yg benar

oleh Brent Riggs

Saya baru-baru ini bercakap-cakap dengan teman saya. Kami tidak setuju pada beberapa isu Kristen dan saya merasa percakapan kami akan menguntungkan orang lain. Aku sudah sangat netral karena aku tidak berusaha bersengketa dengan teman saya di depan umum. Dialog hanya memberikan saya kesempatan untuk menjawab beberapa pertanyaan umum, jadi saya pikir saya akan posting mereka. Sebelum aku melakukan itu, aku duduk di sini bertanya-tanya "MENGAPA saya? repot-repot" dengan topik ini. Semua hal ini adalah menghasilkan kritik dan pembaca hilang. Tapi kita tidak harus mendasarkan opini kita dan Kebenaran pada popularitas. Ucapkan dengan keyakinan dan tak peduli takut akibatnya.

Tidakkah seharusnya Anda   lebih berhati-hati  menyatakan seseorang Nabi palsu?
Saya sangat setuju untuk lebih  berhati-hati berkaitan dengan pernyataan tentang seseorang apakah dia nabi palsu atau bukan?!baik secara umum atau pribadi  .

 Dengan mengutip pernyataan Rasul Paulus dan Petrus bahwa ," Yesus secara khusus mengingatkan kita bahwa kita harus menentang guru-guru palsu, dan mengenai semua yang kita dengar dan diajarkan harus dievaluasi dengan hati-hati  dan sesuai Kitab Suci..Tetapi Orang2 Kristen di Amerika tidak memper masalahkan hal ini , dengan "terbuka" mereka dapat menerima setiap perubahan2 yang berkaitan dengan Kekristenan, itu sudah pasti. Mereka dengan mudah menerima Hinn's, Bentley dan setiap bentuk kekkristenan baru yang melanda Gereja , dan hanya sedikit sekali yang mau bersikap lebih kritis dengan mengevaluasi berdasarkan firman Tuhan atas setiap pengajaran yang mereka terima .

 Keadaan menjadi lebih buruk lagi , kekristenan Amerika  sebagai tulang punggung telah cukup banyak kehilangan kemampuan untuk melihat, menegur dan menolak nabi2 palsu yang sudah kelihatan secara terang-terangan, seperti menambah-Alkitab  dengan dongeng metafisik, rebah berbaring , membuktikan  secara tertulis dengan mengerikan  menyamar sebagai pengajaran dan uang sebagai pusat  "iman" , Penutur cerita2 dongeng seperti Duplantis dan Hinn. Gereja benar-benar menjadi bimbang antara "menerima" versus "menolak " terutama karena ketidaktahuan pemahaman tentang Alkitab ,karena yang sekarang ada  pengajaran alkitab yang padat telah diganti sebagian besar dengan "mengajar terapeutik" (bagaimana Allah dan Yesus memperbaiki hidup saya ) dan? mengutamakan sensasi.