Showing posts with label tanya jawab. Show all posts
Showing posts with label tanya jawab. Show all posts

Apa arti hidup?



Jawaban:
Apakah arti hidup? Bagaimana saya dapat menemukan tujuan, pemenuhan dan kepuasan dalam hidup? Apakah saya memiliki potensi untuk mencapai sesuatu yang memiliki makna yang langgeng? Banyak orang tidak pernah berhenti mempertimbangkan apakah arti hidup itu. Mereka memandang ke belakang dan tidak mengerti mengapa relasi mereka berantakan dan mengapa mereka merasa begitu kosong walaupun mereka telah berhasil mencapai apa yang mereka cita-citakan. Salah satu pemain baseball yang namanya dicatat dalam Baseball Hall of Fame ditanya apa yang dia harap orang beritahu dia ketika dia baru mulai bermain baseball. Dia menjawab, “Saya berharap orang akan memberitahu saya bahwa ketika kamu sampai di puncak, di sana tidak ada apa-apa.” Banyak sasaran hidup ternyata kosong setelah dikejar dengan sia-sia bertahun-tahun lamanya.

Dalam masyarakan humanistik kita, orang mengejar banyak cita-cita, menganggap bahwa di dalamnya mereka akan mendapatkan makna. Beberapa cita-cita ini termasuk: kesuksesan bisnis, kekayaan, relasi yang baik, seks, hiburan, berbuat baik kepada orang lain, dll. Orang-orang memberi kesaksian bahwa saat mereka mencapai cita-cita mereka untuk mendapat kekayaan, relasi dan kesenangan, di dalam diri mereka ada kekosongan yang dalam, perasaan kosong yang tidak dapat dipenuhi oleh apapun.

Penulis kitab Pengkhotbah menjelaskan perasaan ini ketika dia mengatakan, “Kesia-siaan belaka, kesia-siaan belaka, … segala sesuatu adalah sia-sia.” Penulis memiliki kekayaan yang tak terkira, hikmat kebijaksanaan yang melampaui orang-orang pada zamannya maupun zaman sekarang, dia memiliki ratusan wanita, istana dan taman yang menjadikan kerajaan-kerajaan lain cemburu, makanan dan anggur terbaik, dan segala bentuk hiburan. Satu saat dia berkata, segala yang diinginkan hatinya dikejarnya. Namun kemudian dia menyimpulkan, “hidup di bawah matahari” (hidup dengan sikap sepertinya hidup itu hanyalah apa yang kita lihat dan rasakan) adalah kesia-siaan belaka! Mengapa bisa ada kehampaan seperti ini? Karena Allah menciptakan kita untuk sesuatu yang melampaui apa yang dapat kita alami dalam dunia sekarang ini. Tentang Allah, Salomo berkata, “Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka …” Dalam hati kita, kita senantiasa sadar bahwa dunia sekarang ini bukan segalanya.

Dalam kitab Kejadian, kitab pertama dalam Alkitab, kita mendapatkan bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut gambarNya (Kejadian 1:26). Ini berarti kita lebih mirip dengan Tuhan daripada dengan ciptaan-ciptaan lainnya. Kita juga mendapatkan bahwa sebelum manusia jatuh dalam dosa dan bumi dikutuk: (1) Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial (Kejadian 2:18-25); (2) Tuhan memberi manusia pekerjaan (Kejadian 2:15); (3) Tuhan memiliki persekutuan dengan manusia (Kejadian 3:8); dan (4) Tuhan memberi manusia kuasa atas bumi ini (Kejadian 1:26). Apakah arti semua ini? Saya percaya bahwa Allah menginginkan semua ini menambah kepuasan dalam hidup kita, namun semua ini (khususnya persekutuan manusia dengan Tuhan) telah dirusakkan oleh kejatuhan manusia ke dalam dosa dan juga oleh kutukan atas bumi ini (Kejadian 3).

Dalam kitab Wahyu, kitab terakhir dalam Alkitab, di bagian akhir dari banyak peristiwa yang terjadi pada zaman akhir, Tuhan mengungkapkan bahwa Dia akan menghancurkan langit dan bumi ini dan membawa kekekalan dengan menciptakan langit dan bumi yang baru. Pada waktu itu Dia akan memulihkan persekutuan dengan orang-orang yang sudah ditebus. Sebagian umat manusia akan dihukum dan dilemparkan ke dalam Lautan Api (Wahyu 20:11-15). Pada waktu ini kutukan atas bumi ini akan disingkirkan, dan tidak akan ada lagi dosa, kesusahan, penyakit, kematian, kesakitan, dll (Wahyu 21:4). Dan orang-orang percaya akan mewarisi segala sesuatu, Allah akan berdiam dengan mereka dan mereka akan menjadi anak-anakNya (Wahyu 21:7). Dengan demikian kita menggenapi siklus di mana Allah menciptakan kita untuk bersekutu dengan Dia, manusia jatuh dalam dosa dan memutuskan persekutuan itu; dalam kekekalan Allah memulihkan hubungan itu secara penuh dengan orang-orang yang Dia pandang layak. Hidup dalam dunia ini dan mendapatkan segala sesuatu hanya untuk mati dan terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya adalah lebih buruk dari kesia-siaan! Namun Tuhan telah membuat jalan di mana bukan saja kebahagiaan kekal dimungkinkan (Lukas 23:43), namun juga agar hidup sekarang ini memuaskan dan berarti.

Sekarang, bagaimana kebahagiaan kekal dan “surga di bumi” ini dapat diperoleh?

MAKNA HIDUP DIPULIHKAN MELALUI YESUS KRISTUS

Sebagaimana telah diindikasikan di atas makna hidup, baik sekarang maupun dalam kekekalan ditemukan dalam hubungan yang dipulihkan dengan Tuhan; hubungan yang telah lenyap ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Hari ini, hubungan dengan Allah itu dimungkinkan hanya melalui AnakNya, Yesus Kristus (Kisah Rasul 4:12; Yohanes 14:6; 1:12). Hidup kekal diperoleh ketika seseorang menyesali dosa-dosanya (tidak mau lagi hidup dalam dosa namun ingin Kristus mengubah mereka dan menjadikan mereka pribadi-pribadi yang baru) dan milai bergantung pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat (lihat pertanyaan: “Apa itu rencana keselamatan?” untuk informasi lebih lanjut tentang topik penting ini)

Arti hidup yang sebenarnya tidak ditemukan hanya dengan mengenal Yesus sebagai Juruselamat (seindah apapun hal itu). Makna hidup yang sebenarnya ditemukan ketika orang mulai berjalan mengikuti Kristus sebagai muridNya, belajar dari Dia, menggunakan waktu bersama dengan Dia dalam FirmanNya, Alkitab, bersekutu dengan Dia dalam doa, dan berjalan denganNya dalam ketaatan kepada perintah-perintahNya. Jikalau Anda adalah orang yang belum percaya (atau baru percaya), Anda mungkin akan mengatakan kepada diri sendiri, “Sepertinya itu tidak terlalu menggairahkan atau menyenangkan untuk saya!” Tapi tolong baca lebih lanjut. Yesus membuat pernyataan-pernyataan ini:

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan" (Matius 11:28-30). “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10b). "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 16:24-25). “Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu” (Mazmur 37:4).

Apa yang dikatakan oleh ayat-ayat ini adalah bahwa kita memiliki pilihan. Kita bisa terus berusaha mengarahkan hidup kita sendiri (dan sebagai hasilnya hidup dalam kehidupan yang kosong) atau kita bisa memilih untuk mengikuti Tuhan dan rencanaNya bagi hidup kita, mengikutiNya dengan sepenuh hati (hasilnya, hidup yang penuh, cita-cita kesampaian, dan mendapatkan kepuasan). Hal ini karena Pencipta kita mengasihi kita dan menghendaki yang terbaik bagi kita (bukan selalu yang paling mudah, tapi yang paling memuaskan).

Sebagai penutup, saya ingin membagikan sebuah perumpamaan yang saya pinjam dari seorang teman pendeta. Jikalau Anda adalah penggemar olahraga dan Anda memutuskan untuk pergi ke pertandingan professional, Anda dapat membayar beberapa dollar, dan duduk di barisan paling atas di stadion, atau Anda merogoh beberapa ratus dollar dan duduk dekat dengan lapangan pertandingan. Demikian pula dengan hidup keKristenan. Menyaksikan Tuhan bekerja SECARA LANGSUNG bukanlah bagian dari orang-orang Kristen hari Minggu. Menyaksikan Allah bekerja SECARA LANGSUNG adalah bagi murid-murid Tuhan yang sepenuh hati, yang telah berhenti mengejar keinginan mereka sendiri dalam hidup ini supaya mereka bisa mengejar rencana Tuhan. MEREKA telah membayar harga (penyerahan penuh kepada Kristus dan kehendakNya); mereka menikmati hidup secara penuh; dan mereka bisa memandang diri sendiri, teman-teman mereka, dan Pencipta mereka tanpa ada penyesalan. Sudahkah Anda membayar harga? Apakah Anda bersedia? Jika demikian, Anda tidak akan pernah kehilangan makna atau tujuan hidup lagi.

Apakah tumbang dalam roh Alkitabiah?


Jawaban:
Konsep mengenai “tumbang dalam roh” adalah saat hamba Tuhan menumpangkan tangan atas seseorang dan orang itu jatuh ke lantai, katanya dikuasai oleh Roh Kudus. Mereka yang mempraktekkan “tumbang dalam roh” menggunakan ayat-ayat alkitab yang berbicara mengenai orang-orang yang “seperti mati” (Wahyu 1:17), atau jatuh tertelungkup (Yehezkiel 1:28, Daniel 8:17-18, Daniel 10:7-9). Namun demikian ada sejumlah kontras antara “tertelungkup” dalam Alkitab dengan praktek “tumbang dalam roh.”

1. Dalam Alkitab tertelungkup adalah merupakan akibat dari reaksi seseorang terhadap apa yang disaksikan dalam penglihatan atau sesuatu yang melampaui apa yang biasa terjadi, seperti transfigurasi Kristus (Matius 17:6). Dalam praktek “tumbang dalam roh” yang tidak Alkitabiah, orang berespon terhadap “sentuhan” orang lain atau pada gerakan tangan sang pembicara.

2. Contoh-contoh Alkitab jarang dan hanya terjadi pada sedikit orang. Fenomena “tumbang dalam roh” terjadi setiap minggu dalam gereja mereka dan merupakan pengalaman yang terjadi pada banyak orang.

3. Dalam contoh-contoh Alkitab, orang jatuh tertelungkup karena takjub atas apa yang mereka lihat atau Siapa yang mereka lihat. Dalam “tumbang dalam roh” yang palsu, orang-orang jatuh ke belakang, baik sebagai respon terhadap gerakan tangan sang pembicara atau terhadap sentuhan (atau dalam kasus-kasus tertentu) dorongan tangan pemimpin gereja.

Kami tidak mengatakan bahwa semua kasus “tumbang dalam roh” adalah palsu atau merupakan respon terhadap sentuhan atau dorongan. Banyak orang mengalami tenaga atau kuasa yang mengakibatkan mereka jatuh ke belakang. Namun demikian, tidak ada dasar Alkitab untuk konsep ini. Ya, mungkin ada tenaga atau kuasa yang terlibat di dalamnya, namun kalaupun demikian, kemungkinan besar bukan dari Allah, dan bukan merupakan hasil pekerjaan Roh Kudus.

Sangat disayangkan bahwa orang-orang menerima pemalsuan yang begitu aneh yang tidak menghasilkan buah roh apapun dan bukannya mengejar buah yang praktis yang diberikan oleh Roh kepada kita untuk memuliakan Kristus dengan kehidupan kita (Galatia 5:22-23). Dipenuhi dengan Roh Kudus tidaklah dibuktikan dengan pemalsuan semacam ini, namun oleh hidup yang berlimpah dengan Firman Allah dengan sedemikian rupa sehingga Firman itu mengalir dalam bentuk nyanyian pujian dan syukur kepada Allah. Semoga Efesus 5:18-20 dan Galatia 5:22-23 menggambarkan kehidupan kita!

Siapakah anti Kristus?

Ada banyak spekulasi mengenai identitas dari anti Kristus. Beberapa sasaran yang populer adalah Vladimir Putin, Mahmoud Ahmadinejad dan Paus Benediktus XVI. Di Amerika Serikat, mantan presiden Bill Clinton, presiden sekarang George Bush dan calon presiden Barack Obama adalah yang paling sering disebut. Jadi siapakah anti Kristus dan bagaimana kita dapat mengenalinya?

Alkitab sebetulnya tidak memberikan sesuatu yang spesifik mengenai dari mana anti Kristus akan datang. Banyak sarjana Alkitab yang berspekulasi bahwa dia akan datang dari konfederasi sepuluh negara dan/atau dari kekaisaran Romawi yang lahir kembali (Daniel 7:24-25; Wahyu 17:7). Yang lain melihat dia sebagai orang Yahudi karena dia mengaku sebagai Mesias. Semua ini hanyalah spekulasi semata-mata karena Alkitab tidak secara khusus mengatakan dari mana anti Kristus akan datang atau apa rasnya. Suatu hari anti Kristus akan diungkapkan. 2 Tesalonika 2:3-4 memberitahukan bagaimana kita dapat mengenali anti Kristus: “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.”

Kemungkinan besar kebanyakan orang yang masih hidup ketika anti Kristus terungkap akan sangat kaget dengan identitasnya. Anti Kristus mungkin saja hidup pada saat sekarang ini. Martin Luther yakin bahwa Paus pada zamannya adalah anti Kristus. Sejauh ini semuanya salah. Kita seharusnya berhenti berspekulasi dan memusatkan perhatian pada apa yang sebetulnya dikatakan oleh Alkitab mengenai anti Kristus. Wahyu 13:5-8 mengatakan, “Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya. Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga. Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka; dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa. Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.”






Apa beda antara Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali?

Apa beda antara Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali?

Jawaban: Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya sering dicampur adukkan. Kadang-kadang sulit untuk menentukan apakah Kitab Suci berbicara mengenai Pengangkatan Orang Percaya atau Kedatangan Kedua Kali. Namun demikian, dalam mempelajari nubuat-nubuat Alkitab mengenai zaman akhir, adalah penting untuk membedakan antara keduanya.

Pengangkatan Orang Percaya adalah saat ketika Yesus Kristus datang kembali untuk memindahkan gereja (semua orang yang percaya dalam Kristus) dari bumi ini. Pengangkatan Orang Percaya digambarkan dalam 1 Tesalonika 4:13-18 dan 1 Korintus 15:50-54. Orang-orang percaya yang sudah meninggal dunia akan mengalami kebangkitan tubuh, dan bersama-sama dengan orang-orang percaya yang masih hidup akan bertemu dengan Tuhan di angkasa. Hal ini akan terjadi dalam sekejap mata. Kedatangan Kedua Kali adalah saat di mana Kristus datang kembali untuk mengalahkan anti Kristus, menghancurkan kejahatan dan menegakkan Kerajaan Seribu Tahun. Kedatangan Kedua Kali digambarkan dalam Wahyu 19:11-16.

Perbedaan penting antara Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali adalah sbb:

(1) Pada saat Pengangkatan Orang Percaya, orang-orang percaya akan bertemu dengan Tuhan di angkasa (1 Tesalonika 4:17). Pada Kedatangan Kedua Kali orang-orang percaya kembali ke dunia bersama dengan Kristus (Wahyu 19:14).

(2) Kedatangan Kedua Kali terjadi setelah Kesengsaraan Besar yang mengerikan (Wahyu pasal 6-19). Pengangkatan Orang Percaya terjadi sebelum Kesengsaraan Besar (1 Tesalonika 5:9; Wahyu 3:10).

(3) Pengangkatan Orang Percaya adalah orang-orang percaya dipindahkan dari bumi sebagai tindakan pembebasan (1 Tesalonika 4:13-17; 5:9). Kedatangan Kedua Kali termasuk disingkirkannya mereka yang tidak percaya sebagai tindakan penghakiman (Matius 24:40-41).

(4) Pengangkatan Orang Percaya bersifat “rahasia” dan dalam sekejap mata (1 Korintus 15:50-54). Kedatangan Kedua Kali akan kelihatan kepada semua orang (Wahyu 1:7; Matius 24:29-30).

(5) Kedatangan Kristus yang Kedua Kali tidak akan terjadi sampai beberapa kejadian akhir zaman terjadi (2 Tesalonika 2:4; Matius 24:15-30; Wahyu pasal 6-18). Pengangkatan Orang Percaya sudah dekat, dapat terjadi kapan saja (Titus 2:13; 1 Tesalonika 4:13-18; 1 Korintus 15:50-54).


Mengapa penting untuk membedakan Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali?

(1) Kalau Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali adalah peristiwa yang sama, orang-orang percaya harus melalui masa Kesengsaraan Besar (1 Tesalonika 5:9; Wahyu 3:10).

(2) Kalau Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali adalah peristiwa yang sama, kembalinya Kristus tidak akan terjadi dalam waktu dekat … ada banyak hal yang harus terjadi sebelum Dia datang kembali (Matius 24:4-30).

(3) Dalam menggambarkan masa Kesengsaraan Besar, Wahyu 6-9 tidak pernah menyebut gereja. Selama masa Kesengsaraan Besar – juga disebut sebagai “masa kesusahan Yakub” (Yeremia 30:7) – Allah akan kembali memberi perhatian utama kepada Israel (Roma 11:17-31).

Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali sama namun merupakan kejadian yang berbeda. Keduanya adalah peristiwa akhir zaman. Namun demikian, ada penting untuk mengenali perbedaannya. Secara ringkas, Pengangkatan Orang Percaya adalah kembalinya Kristus di awan-awan untuk memindahkan semua orang percaya dari bumi sebelum masa kemurkaan Allah. Kedatangan Kedua Kali adalah kembalinya Kristus ke bumi untuk mengakhiri Kesengsaraan Besar dan mengalahkan anti Kristus dan kerajaan dunianya yang jahat.

Apakah itu Kerajaan Seribu Tahun, dan apakah Kerajaan Seribu Tahun harus dipahami secara harafiah?

Kerajaan Seribu Tahun adalah nama yang diberikan untuk 1000 tahun pemerintahan Yesus Kristus di atas bumi. Sebagian orang berusaha menafsirkan 1000 tahun ini secara allegoris. Sebagian lainnya memahami 1000 tahun sebagai cara figuratif untuk mengatakan “masa yang panjang.” Hal ini menyebabkan beberapa orang tidak mengharapkan pemerintahan Yesus secara fisik dalam dunia ini. Namun demikian, dalam Wahyu 20:2-7, enam kali Kerajaan Seribu Tahun dikatakan secara spesifik akan berlangsung selama 1000 tahun. Kalau Allah ingin mengkomunikasikan “masa yang panjang,” Dia dapat dengan mudah melakukan itu tanpa secara eksplisit dan berulang kali menyebutkan waktu yang tepat.

Alkitab memberitahu kita ketika Kristus datang kembali, Dia akan menetapkan diriNya sebagai Raja di Yerusalem, duduk di atas tahta Daud (Lukas 1:32-33). Perjanjian-perjanjian yang tanpa syarat menuntut kedatangan Kristus kembali secara harafiah dan secara fisik untuk mendirikan kerajaanNya. Perjanjian dengan Abraham menjanjikan Israel tanah, keturunan, penguasa dan berkat rohani (Kejadian 12:1-3). Perjanjian Palestina menjanjikan Israel pemulihan ke tanah perjanjian dan penguasaan terhadap tanah itu (Ulangan 30:1-10). Perjanjian Daud menjanjikan pengampunan pada Israel, suatu cara bagi bangsa itu untuk mendapat berkat (Yeremia 31:31-34).

Pada kedatangan kedua kali, semua perjanjian ini akan digenapi saat Israel dikumpulkan kembali dari antara bangsa-bangsa (Matius 24:31), bertobat (Zakharia 12:10-14), dan dipulihkan kembali ke tanah perjanjian di bawah pemerintahan Mesias, Yesus Kristus. Alkitab berbicara mengenai keadaan pada zaman 1000 tahun itu sebagai lingkungan yang sempurna, secara fisik dan rohani. Zaman itu akan menjadi zaman damai (Mikha 4:2-4; Yesaya 32:17-18); sukacita (Yesaya 61:7, 10); penghiburan (Yesaya 40:1-2), di mana tidak ada kemiskinan (Amos 9:13-15) atau penyakit (Yoel 2:28-29). Alkitab juga memberitahu kita bahwa hanya orang-orang percaya yang akan memasuki Kerajaan Seribu Tahun. Karena itu, masa ini akan menjadi masa yang penuh dengan keadilan (Matius 25:37, Mazmur 24:3-4); ketaatan (Yeremia 31:33); kesucian (Yesaya 35:8); kebenaran (Yesaya 65:16) dan kepenuhan Roh Kudus (Yoel 2:28-29). Kristus akan memerintah sebagai Raja (Yesaya 9:3-7; 11:1-10) dengan Daud sebagai wali (Yeremia 33:15, 17, 21; Amos 9:11). Para pemimpin juga akan memerintah (Yesaya 32:1; Matius 19:28). Yerusalem akan menjadi pusat “politik” dunia (Zakharia 8:3).

Wahyu 20:2-7 hanya memberi jangka waktu yang tepat untuk Kerajaan Seribu Tahun. Tanpa ayat-ayat inipun ada tak terhingga ayat-ayat lainnya yang menunjuk pada pemerintahan Mesiassecara harafiah di bumi. Penggenapan dari berbagai perjanjian Tuhan bergantung pada kerajaan secara harfiah dan secara fisik di masa yang akan datang. Tidak ada dasar yang kuat untuk menolak pengertian harafiah mengenai Kerajaan Seribu Tahun dan bahwa jangka waktunya adalah seribu tahun.

Apa itu Pengangkatan Gereja?

Kata “pengangkatan” tidak muncul di dalam Alkitab. Namun demikian, konsep mengenai Pengangkatan diajarkan dengan jelas dalam Alkitab. Pengangkatan Gereja adalah peristiwa di mana Allah memindahkan semua orang percaya dari bumi ini untuk membuka jalan bagi penghakimanNya yang adil ditumpahkan ke bumi pada masa Tribulasi. Pengangkatan terutama dilukiskan dalam 1 Tesalonika 4:13-18 dan 1 Korintus 15:50-54. 1 Tesalonika 4:13-18 menggambarkan Pengangkatan sebagai Allah membangkitkan semua orang percaya yang telah meninggal, memberi mereka tubuh kemuliaan, dan kemudian meninggalkan dunia ini bersama dengan orang-orang percaya yang masih hidup, yang juga telah diberikan tubuh kemuliaan. “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan” (1 Tesalonika 4:16-17).

1 Korintus 15:50-54 memusatkan pada natur Pengangkatan yang bersifat mendadak dan pada tubuh kemuliaan yang akan kita terima. “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1 Korintus 15:51-52). Pengangkatan adalah suatu peristiwa yang mulia yang kita perlu rindukan. Pada akhirnya kita akan bebas dari dosa. Kita akan berada di hadapan Allah untuk selamanya. Ada terlalu banyak perdebatan mengenai makna dan cakupan dari Pengangkatan. Bukan ini maksud Tuhan. Dalam hubungannya dengan Pengangkatan, Allah ingin kita menghiibur “seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.”

kapan Pengangkatan orang percaya akan terjadi?

Waktu Pengangkatan orang percaya dalam hubungannya dengan Tribulasi (kesengsaraan) adalah salah satu isu paling kontroversial dalam gereja saat ini. Tiga pandangan utama adalah: Pratribulasi (Pengangkatan orang percaya terjadi sebelum Tribulasi), Midtribulasi (Pengangkatan orang percaya terjadi di tengah-tengah Tribulasi), dan Pascatribulasi (Pengangkatan orang percaya terjadi pada akhir dari Tribulasi). Pandangan ke empat, yang lazimnya dikenal sebagai Pra-Murka adalah posisi Midtribulasi yang dimodifikasi sedikit.

Pertama, adalah penting untuk mengenali tujuan dari Tribulasi. Menurut Daniel 9:27 ada tujuh “masa” (7 tahun) yang masih akan datang. Keseluruhan nubuat Daniel mengenai tujuh puluh masa (Daniel 9:20-27) berbicara mengenai bangsa Israel. Ini adalah masa di mana Tuhan memusatkan perhatianNya secara khusus pada Israel. Walaupun ini tidak merupakan indikasi bahwa gereja tidak lagi ada, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai mengapa gereja masih perlu ada di atas bumi pada waktu itu.

Ayat Alkitab yang utama mengenai Pengangkatan orang percaya adalah 1 Tesalonika 4:13-18. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa setiap orang percaya, bersama dengan orang-orang percaya yang telah meninggal, akan bertemu dengan Tuhan di angkasa dan akan bersama-sama dengan Dia selama-lamanya. Pengangkatan orang percaya adalah Tuhan memindahkan umatNya dari bumi ini. Dalam 5:9 Paulus mengatakan, “Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Tesalonika 5:9). Kitab Wahyu yang secara utama berbicara mengenai masa Tribulasi adalah berita nubuatan mengenai bagaimana Tuhan akan mencurahkan murkaNya atas bumi ini pada saat Tribulasi. Adalah tidak konsisten untuk Tuhan menjanjikan orang-orang percaya bahwa mereka tidak akan mengalami murka Tuhan namun membiarkan mereka di bumi pada masa Tribulasi. Fakta bahwa Allah berjanji melepaskan orang-orang Kristen dari murkaNya tidak lama setelah berjanji untuk menyingkirkan umatNya dari bumi ini nampaknya menghubungkan kedua peristiwa ini. 

Bagian Alkitab lain yang krusial mengenai waktu dari Pengangkatan orang percaya adalah Wahyu 3:10. Di sana Kristus berjanji melepaskan orang-orang percaya dari “hari pencobaan” yang akan datang atas seluruh dunia. Ini dapat berarti dua hal: (1) Kristus akan melindungi orang-orang percaya di tengah pencobaan, atau (2) Tuhan akan membebaskan orang-orang percaya dari pencobaan. Keduanya adalah arti yang sah dari kata dalam Bahasa Yunani yang diterjemahkan “dari.” Ini bukan hanya pencobaan, namun “hari” pencobaan. Kristus berjanji untuk memelihara orang-orang percaya dari masa pencobaan, yaitu Tribulasi. Tujuan dari Tribulasi, tujuan dari Pengangkatan orang percaya, arti dari 1 Tesalonika 5:9, dan penafsiran Wahyu 3:10 semua memberi dukungan jelas pada pandangan Pratribulasi. Jikalau Alkitab ditafsirkan secara harafiah dan konsisten, pandangan Pratribulasi adalah pandangan yang paling konsisten dengan Alkitab.

Apa itu Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya?

Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya adalah pengharapan dari orang-orang percaya bahwa Tuhan mengontrol segala sesuatunya dan setia pada janji-janji dan nubuatan dalam FirmanNya. Pada kedatanganNya yang pertama, Yesus Kristus datang ke dunia ini sebagai seorang bayi di palungan di Betlehem, sebagaimana dinubuatkan. Yesus memenuhi banyak nubuat mengenai Mesias dalam kelahiran, hidup, pelayanan, kematian dan kebangkitanNya. Namun ada beberapa nubuat mengenai Mesias yang Yesus belum genapi. Kedatangan Kristus Kedua Kali akan merupakan kembalinya Kristus untuk memenuhi semua nubuat yang masih tersisa ini. Pada kedatanganNya yang pertama kali, Yesus datang dalam keadaan yang sangat sederhana. Pada kedatanganNya yang kedua kalinya, Yesus akan datang dengan bala tentara Surga mengiringi Dia.

Para nabi Perjanjian Lama tidak membedakan kedua kedatangan ini. Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat seperti Yesaya 7:14; 9:6-7 dan Zakharia 14:4. Akibat dari nubuat yang sepertinya berbicara mengenai dua individu banyak sarjana Yahudi yang percaya bahwa akan ada Mesias yang menderita dan Mesias yang menang. Apa yang mereka tidak pahami adalah bahwa Mesias yang sama akan memenuhi kedua peranan ini. Yesus menggenapi peran dari hamba yang menderita (Yesaya 53) pada kedatanganNya yang pertama. Yesus akan menggenapi peran sebagai Pembebas dan Raja Israel pada kedatanganNya yang kedua. Zakharia 12:10 dan Wahyu 1:7 menggambarkan Kedatangan yang Kedua Kali, mengenang kembali saat Yesus ditikam. Israel, dan seluruh dunia, akan meratap karena tidak menerima Mesias saat Dia datang untuk pertama kalinya.

Setelah Yesus naik ke Surga, para malaikat memberitahukan para rasul, "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah 1:11). Zakharia 14:4 mengidentifikasikan tempat Kedatangan yang Kedua Kalinya sebagai Bukit Zaitun. Matius 24:30 menyatakan, “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” Titus 2:13 menggambarkan Kedatangan yang Kedua Kalinya sebagai “pernyataan kemuliaan.”

Kedatangan yang Kedua Kali dibicarakan dengan terperinci dalam Wahyu 19:11-16, “ Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah." Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN"” (Wahyu 19:11-16)

Apa itu Apocalypse ?

Kata “apocalypse” berasal dari kata Yunani “apocalupsis” yang berarti “membuka, menyingkapkan, menyingkirkan tutup.” Kitab Wahyu sering kali disebut sebagai “Wahyu Yohanes” karena Allah mengungkapkan zaman akhir kepada Rasul Yohanes. Selanjutnya, kata Yunani untuk apocalypse adalah kata pertama dalam naskah Yunani dari kitab Wahyu. Frasa “literatur apokaliptik” digunakan untuk menggambarkan penggunaan simbol-simbol, gambar-gambar, dan bilangan-bilangan untuk menguraikan kejadian di masa yang akan datang. Di luar kitab Wahyu, contoh dari literatur apokaliptik dalam Alkitab adalah Daniel 7-12, Yesaya 24-27, Yehezkiel 37-41, dan Zakharia 9-12.

Mengapa literatur apokaliptik ditulis dengan simbolisme dan kiasan semacam ini? Kitab-kitab apokaliptik ditulis ketika adalah lebih bijak untuk menyamarkan berita yang disampaikan dalam bentuk gambar dan simbol daripada menyampaikannya dalam bahasa sederhana/jelas. Lagipula, simbolisme menciptakan unsur misteri mengenai waktu dan tempat yang terinci. Namun demikian, tujuan dari simbolisme bukan untuk menciptakan kebingungan, namun untuk mengajar dan mendorong para pengikut Allah di zaman yang sukar.

Selain dari makna Akitabiah yang khusus, istilah “kiamat (apocalypse)” sering digunakan untuk merujuk pada zaman akhir secara umum, atau khususnya pada bagian akhir dari zaman akhir. Kejadian-kejadian zaman akhir seperti Kedatangan Kristus yang Kedua Kali dan Peperangan Harmagedon sering disebut sebagai kiamat (apocalypse). Kiamat (apocalypse) akan merupakan pengungkapan paling akhir dari Allah, murkaNya, keadilanNya, dan yang paling penting adalah kasihNya. Yesus Kristus adalah “pengungkapan” Allah yang terutama karena Dia mengungkapkan Allah kepada kita (Yohanes 14:9; Ibrani 1:2).

Apa tanda-tanda akhir zaman?

Jawaban atas Pertanyaan Apa tanda-tanda Akhir Zaman ialah :

Matius 24:5-8 memberi kita beberapa petunjuk penting sehingga kita dapat memahami mendekatnya akhir zaman. “Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.” Bertambahnya mesias-mesias palsu, bertambahnya peperangan, bertambahnya kelaparan, penyakit dan bencana-bencana alam – semua ini adalah “tanda-tanda” akhir zaman. Bahkan dalam ayat-ayat ini kita diberikan peringatan. Jangan sampai kita ditipu (Matius 24L4), karena peristiwa-peristiwa ini hanyalah permulaan dari sakit melahirkan (Matius 24:8), kesudahannya masih akan datang (Matius 24:6).

Banyak penafsir yang menunjuk pada setiap gempa bumi, setiap pergolakan politik, dan setiap serangan terhadap Israel sebagai tanda bahwa akhir zaman segera tiba. Walaupun peristiwa-peristiwa ini adalah tanda-tanda bahwa akhir zaman sementara mendekat, hal ini tidak berarti bahwa akhir zaman sudah tiba. Rasul Paulus mengingatkan bahwa “di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan” (1 Timotius 4:1). Hari-hari terakhir dilukiskan sebagai “masa yang sukar” karena meningkatnya kejahatan manusia dan orang-orang yang secara aktif “menolak kebenaran” (2 Timotius 3:1-9; lihat pula 2 Tesalonika 2:3).

Tanda-tanda lain yang mungkin antara lain adalah dibangunnya kembali tempat suci orang Yahudi di Yerusalem, meningkatnya permusuhan terhadap Israel dan perkembangan ke arah satu pemerintahan dunia. Tanda akhir zaman yang paling utama adalah negara Israel. Pada tahun 1948 Israel untuk pertama kalinya sejak tahun 70 A.D. diakui sebagai negara yang berdaulat. Tuhan sudah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan memiliki Kanaan sebagai “milik untuk selama-lamanya” (Kejadian 17:8), dan Yehezkiel menubuatkan kebangunan kembali Israel secara fisik dan rohani (Yehezkiel 37). Dari sudut pandang nubuat akhir zaman, adanya Israel sebagai bangsa di tanahnya sendiri adalah hal yang penting karena pentingnya Israel dalam eskatologi (Daniel 10:14; 11:41; Wahyu 11:8).

Dengan mengingat tanda-tanda ini, kita dapat bersikap bijak dalam hal pengharapan akhir zaman. Namun kita tidak boleh menafsirkan salah satu dari tanda-tanda ini sebagai indikasi jelas bahwa akhir zaman akan segera tiba. Tuhan telah memberi kita informasi yang cukup sehingga kita dapat mempersiapkan diri, namun tidak cukup untuk membuat kita menjadi sombong.

Apa itu baptisan Roh Kudus?

Apa itu baptisan Roh Kudus?




Jawaban: Baptisan Roh Kudus dapat didefinisikan sebagai karya Roh Allah yang mempersatukan orang percaya dengan Kristus dan dengan orang-orang percaya lainnya dalam Tubuh Kristus pada saat orang itu diselamatkan. 1 Korintus 12:12-13 dan Roma 6:1-4 adalah ayat-ayat utama dalam Alkitab yang mengajarkan doktrin ini. 1 Korintus 12:13 mengatakan, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Roma 6:1-4 mengatakan, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Meskipun Roma 6 tidak secara khusus menyebut Roh Allah, bagian Alkitab ini menggambarkan kedudukan orang percaya di hadapan Allah dan 1 Korintus 12 memberitahu kita bagaimana hal itu terjadi.

Tiga fakta perlu diperhatikan untuk menguatkan pengertian kita akan baptisan Roh. Pertama, 1 Korintus 12:13 dengan jelas menyatakan bahwa semua telah dibaptis sama seperti semua telah diberi minum (berdiamnya Roh Kudus). Kedua, Alkitab tidak pernah menasehati orang-orang percaya untuk dibaptiskan dengan/dalam/oleh Roh. Ini menunjukkan bahwa semua orang percaya telah mengalami pelayanan ini. Akhirnya, Efesus 4:5 nampaknya menunjuk pada baptisan Roh. Jikalau ini memang demikian, baptisan Roh adalah kenyataan hidup dari setiap orang percaya, sama seperti, ”satu iman” dan ”satu Bapa.”

Sebagai kesimpulan, baptisan Roh Kudus menggenapi dua hal, (1) menyatukan kita dengan Tubuh Kristus, dan (2) mengaktualisasikan penyaliban kita bersama dengan Kristus. Berada dalam tubuh Kristus berarti kita bangkit bersama dengan Dia dalam hidup yang baru (Roma 6:4). Kita perlu menggunakan karunia rohani kita untuk memastikan bahwa tubuh itu berfungsi sebagaimana mestinya seperti yang dijelaskan dalam 1 Korintus 12:13. Mengalami baptisan dari Roh yang sama menjadi dasar untuk memelihara kesatuan gereja seperti yang dikatakan dalam Efesus 4:5. Menjadi sama dengan Kristus dalam kematian, penguburan dan kebangkitanNya melalui baptisan Roh menjadi dasar untuk mewujudkan pemisahan kita dari kuasa dosa dan untuk kita berjalan dalam hidup yang baru (Roma 6:1-10; Kolose 2:12).

Apakah keKristenan itu ?

Pertanyaan: Apakah keKristenan, dan apa yang dipercaya oleh orang-orang Kristen?

Jawaban: 1 Korintus 15:1-4 mengatakan, “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.”

Secara singkat itulah yang dipercaya oleh keKristenan. KeKristenan memiliki keunikan dibanding dengan iman kepercayaan lainnya karena keKristenan lebih berbicara mengenai hubungan dan bukan soal cara beragama. Tujuan seorang Kristen adalah berusaha berjalan lebih dekat dengan Allah Bapa dan bukan sekedar mengikuti daftar berbagai keharusan dan larangan. Hubungan ini dimungkinkan karena pekerjaan Yesus Kristus dan pelayanan Roh Kudus dalam hidup orang Kristen.

Orang-orang Kristen percaya bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah dan merupakan Firman Tuhan yang tanpa salah, dan pengajarannya memiliki otoritas tertinggi (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:20-21). Orang-orang Kristen percaya kepada Allah yang esa dalam tiga pribadi, Bapa, Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus.

Orang-orang Kristen percaya bahwa tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk memiliki relasi dengan Allah, namun dosa telah memisahkan semua orang dari Allah (Roma 5:12; Roma 3:23). KeKristenan mengajarkan bahwa Yesus Kristus pernah hidup di bumi ini, sepenuhnya Allah dan juga sepenuhnya manusia (Filipi 2:6-11), dan mati di salib. Orang-orang Kristen percaya bahwa setelah kematianNya di atas salib, Kristus dikuburkan, Dia bangkit kembali dan sekarang berada di sebelah kanan Bapa, berdoa syafaat bagi orang-orang percaya (Ibrani 7:25). KeKristenan menyatakan bahwa kematian Yesus di atas salib sudah cukup untuk membayar lunas hutang dosa dari segenap manusia dan memulihkan hubungan yang antara Allah dan manusia yang sebelumnya sudah putus (Ibrani 9:11-14; Ibrani 10:10; Roma 6:23; Roma 5:8).

Supaya dapat diselamatkan, seseorang hanya perlu menaruh imannya secara keseluruhan pada karya Kristus yang sudah diselesaikan di atas salib. Jika seseorang percaya bahwa Kristus telah mati baginya dan membayar harga dosa-dosanya, dan bangkit kembali, orang itu sudah diselamatkan. Tidak ada sesuatupun yang dapat dilakukan untuk mendapatkan keselamatan. Tidak ada seorangpun yang “cukup baik” untuk menyenangkan Tuhan dengan usahanya sendiri karena kita semua adalah orang-orang berdosa (Yesaya 64:6-7; 53:6). Selanjutnya tidak ada hal-hal lain yang masih perlu dilakukan karena Kristus telah mencukupkan segala yang dibutuhkan! Ketika Yesus disalibkan, Yesus berkata, "Sudah selesai" (Yohanes 19:30).

Sama seperti tidak ada yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan keselamatan, setelah seseorang percaya kepada karya Kristus di atas salib, tidak ada yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan keselamatannya. Ingat, karya keselamatan dikerjakan dan digenapi oleh Kristus! Tidak ada sesuatupun mengenai keselamatan yang tergantung pada orang yang menerimanya! Yohanes 10:27-29 mengatakan, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan [seorangpun] tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan [mereka] kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan [seorangpun] tidak dapat merebut [mereka] dari tangan Bapa.”

Mungkin ada orang yang berpikir, “Bagus, begitu saya diselamatkan, saya bebas melakukan apa saja yang saya mau dan tidak akan kehilangan keselamatanku!” Keselamatan bukan berarti bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Keselamatan adalah menjadi bebas dari perhambaan kepada pribadidosa dan bebas untuk membangun hubungan yang benar dengan Allah. Selama orang-orang percaya masih hidup dalam dunia ini dengan tubuh dosa mereka, akan senantiasa ada pergumulan dengan dosa. Hidup dalam dosa menghalangi hubungan Tuhan dengan manusia, dan selama seorang percaya hidup dalam dosa, dia tidak dapat menikmati hubungan yang Allah inginkan baginya. Namun demikian, orang-orang Kristen dapat memperoleh kemenangan dalam pergumulan melawan dosa dengan mempelajari dan menerapkan Firman Tuhan (Alkitab) dalam hidup mereka, dan dengan dikuasai oleh Roh Kudus, yaitu dengan menaklukkan diri kepada pimpinan dan gerakan Roh Kudus dalam situasi sehari-hari dan melalui pertolongan Roh Kudus menaati Firman Tuhan.

Jadi, sekalipun banyak agama menuntut seseorang melakukan hal-hal tertentu atau menghindari hal-hal tertentu, keKristenan adalah mengenai hubungan dengan Allah. KeKristenan adalah mengenai percaya bahwa Kristus mati di atas salib sebagai pembayaran untuk dosa kita sendiri dan kemudian bangkit kembali. Hutang dosa Anda telah dilunasi dan Anda dapat memiliki persekutuan dengan Allah. Anda dapat memperoleh kemenangan atas pribadidosa Anda dan berjalan dalam persekutuan dan ketaatan kepada Allah. Inilah keKristenan yang Alkitabiah dan sejati.

Apakah Tuhan betul-betul ada?

Pertanyaan: Apakah Tuhan betul-betul ada? Bagaimana saya tahu bahwa Tuhan itu betul-betul ada?

Jawaban: Kita tahu bahwa Tuhan betul-betul ada karena Dia telah menyatakan diriNya kepada kita dengan tiga cara: dalam penciptaan, melalui firmanNya dan dalam diri AnakNya, Yesus Kristus.

Bukti paling dasar dari keberadaan Tuhan adalah apa yang telah Dia ciptakan. “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka [orang-orang yang tidak percaya] tidak dapat berdalih” (Roma 1:20). “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mazmur 19:2).

Kalau saya menemukan sebuah jam tangan di tengah lapangan, saya tidak akan menganggap bahwa jam tangan tsb “muncul” begitu saja, atau memang sudah ada dengan sendirinya. Berdasarkan desain dari jam tangan tsb saya mengasumsikan bahwa ada orang yang mendesain jam tangan itu. Namun saya melihat ada desain dan ketepatan yang lebih agung dalam dunia sekitar kita. Cara kita menghitung waktu bukan berdasarkan pada jam tangan, namun berdasarkan karya agung Tuhan, perputaran bumi (dan kandungan radioaktif dari atom Cesium-133). Alam semesta menyatakan desain yang luar biasa, dan semua ini memperlihatkan adanya sang Desainer Agung.

Jikalau saya menemukan berita yang disandikan, saya akan mencari seorang pemecah sandi untuk memecahkan kode berita itu. Asumsi saya adalah bahwa pasti ada seorang pengirim berita, seseorang cerdas yang menciptakan kode itu. Bagaimana kompleksnya “kode” DNA dalam setiap sel tubuh kita? Bukankah kompleksitas dan tujuan dari DNA menyatakan adanya Penulis kode yang berakal budi?

Bukan saja Tuhan telah menciptakan dunia yang begitu kompleks dan teratur, Dia juga telah menanamkan rasa kekekalan dalam diri setiap insan (Pengkhotbah 3:11). Umat manusia memiliki naluri yang tajam bahwa hidup ini bukan hanya yang kelihatan saat ini saja; bahwa ada suatu keberadaan yang melampaui apa yang ada di bumi ini. Naluri kekekalan kita menyatakan diri dalam paling sedikit dua hal: hukum dan penyembahan.

Setiap peradaban dalam sejarah memiliki aturan-aturan hukum tertentu yang secara mengejutkan memiliki kesamaan dari budaya yang satu ke budaya lainnya. Contohnya kasih dihargai di mana-mana, sementara kebohongan dicela secara universal. Ini adalah moralitas umum, suatu pengertian global mengenai benar dan salah, yang menunjuk pada Dia, Pribadi yang Bermoral Tertinggi, yang memberikan perasaan benar dan salah seperti itu kepada kita.

Demikian pula orang-orang di seluruh dunia, tanpa memandang budaya, selalu memiliki sistim penyembahan. Obyek penyembahan itu sendiri mungkin berbeda, namun perasaan adanya “kuasa yang lebih tinggi” adalah merupakan bagian yang tak dapat disangkal dalam diri manusia. Kecenderungan kita untuk menyembah adalah sesuai dengan fakta bahwa Tuhan menciptakan kita “dalam gambarNya” (Kejadian 1:27).

Tuhan juga telah mengungkapkan diriNya kepada kita melalui FirmanNya, Alkitab. Dalam Alkitab, keberadaan Allah dipelakukan sebagai fakta yang sudah jelas (Kejadian 1:1; Keluaran 3:14). Ketika Benjamin Franklin menuliskan Autobiography-nya, dia tidak menghabiskan waktu untuk membuktikan bahwa dia ada. Demikian pula Tuhan tidak menghabiskan waktu untuk membuktikan keberadaanNya dalam kitab yang ditulisNya. pribadiAlkitab yang mampu mengubah hidup, integritasnya, dan mujizat penulisannya seharusnya cukup untuk membuat kita menaruh perhatian pada Alkitab.

Cara ketiga Tuhan menyatakan dirinya adalah melalui anakNya, Yesus Kristus (Yohanes 14:6-11). Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, (Yohanes 1:1, 14). Di dalam Yesus Kristus, berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan” (Kolose 2:9).

Dalam kehidupan Yesus yang luarbiasa, Dia memelihara seluruh hukum Perjanjian Lama dengan sempurna dan menggenapkan nubuat-nubuat mengenai Mesias (Matius 5:17). Dia melakukan begitu banyak karya yang menyatakan belas kasihannya, Dia mengerjakan mujizat-mujizat di depan umum yang mengesahkan berita yang disampaikannya dan membuktikan keillahianNya (Yohanes 21:24-25). Kemudian, tiga hari setelah penyalibanNya, Dia bangkit dari orang mati, sebuah fakta yang diteguhkan oleh ratusan saksi-saksi mata (1 Korintus 15:6). Catatan sejarah dipenuhi dengan “bukti” mengenai siapakah Yesus itu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil” (Kisah 26:26).

Kita sadar bahwa selalu ada orang yang sulit percaya, orang-orang yang punya ide sendiri mengenai Tuhan dan menafsirkan bukti-bukti dengan semaunya. Dan akan ada pula sebagian orang yang bukti sebanyak apapun tidak akan dapat meyakinkan mereka (Mazmur 14:1). Pada akhirnya semuanya adalah iman (Ibrani 11:6).

Apakah ada bukti mengenai keberadaan Allah?

Pertanyaan: Apakah Allah ada? Apakah ada bukti mengenai keberadaan Allah?

Jawaban: Apakah Allah ada? Saya merasa tertarik melihat begitu banyak perhatian yang diberikan kepada perdebatan ini. Survei terbaru mengatakan 90% masyarakat dunia percaya akan keberadaan Allah atau kuasa lain semacamnya. Namun demikian, tanggung jawab untuk membuktikan keberadaan Tuhan dilemparkan pada orang-orang yang percaya bahwa Tuhan ada. Menurut saya seharusnya terbalik.

Namun demikian, keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan atau disangkal. Alkitab bahkan mengatakan bahwa kita harus menerima keberadaan Allah dengan iman. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6). Jikalau Allah menghendaki, Dia bisa muncul begitu saja dan membuktikan pada seluruh dunia bahwa Dia ada. Namun jikalau Dia melakukan hal itu, tidak diperlukan iman. “Kata Yesus kepadanya: `Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya’" (Yohanes 20:29).

Tidak berarti bahwa tidak ada bukti keberadaan Allah. Alkitab menyatakan “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi (Mazmur 19:1-4). Saat memandang bintang-bintang, kala memahami luasnya alam semesta, ketika mengamati keajaiban alam dan menikmati keindahan matahari terbenam – semua ini menunjuk pada Allah sang Pencipta. Jikalau semua ini masih tidak cukup, di dalam hati kita masih ada bukti keberadaan Allah. Pengkhotbah 3:11 memberitahu kita, “bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Jauh di dalam diri kita ada suatu pengenalan bahwa ada sesuatu yang melampaui hidup dan dunia ini. Kita dapat secara intelektual menolak pengenalan ini, namun kehadiran Allah di dalam diri kita dan melalui diri kita akan terus ada. Sekalipun demikian, Alkitab memperingatkan kita bahwa beberapa orang akan terus menyangkal keberadaan Allah, “Orang bebal berkata dalam hatinya: `Tidak ada Allah’." (Mazmur 14:1). Karena lebih 98% orang-orang sepanjang sejarah, dalam semua kebudayaan dan peradaban, di semua benua, percaya akan adanya semacam Allah, pastilah ada sesuatu (atau seseorang) yang menyebabkan kepercayaan semacam ini.

Selain argumentasi Alkitab mengenai keberadaan Allah, ada pula argumentasi logis. Pertama-tama adalah argumentasi ontologis. Bentuk argumentasi ontologis yang paling populer pada dasarnya menggunakan konsep keTuhanan untuk membuktikan keberadaan Allah. Hal ini dimulai dengan mendefinisikan Allah sebagai, “sesuatu yang paling besar yang dapat dipikirkan.” Dikatakan bahwa ada itu lebih besar dari tidak ada; dan karena itu keberadaan yang paling besar haruslah ada. Kalau Allah tidak ada, maka Allah bukanlah keberadaan terbesar yang dapat dipikirkan – namun hal ini akan berlawanan dengan definisi mengenai Allah. Argumentasi ke dua adalah argumentasi teleologis. Argumentasi teleologis mengatakan karena alam semesta mempertunjukkan desain yang begitu luar biasa, pastilah ada seorang desainer Illahi. Contohnya, kalau saja bumi lebih dekat atau lebih jauh beberapa ratus mil dari matahari, bumi ini tidak akan mampu mendukung kehidupan seperti yang ada sekarang ini. Jikalau unsur-unsur alam di atmosfir kita berbeda beberapa persen saja dari apa yang ada, semua mahluk hidup di atas bumi ini akan binasa. Kemungkinan untuk sebuah molekul protein terbentuk secara kebetulan adalah 1:10243 (yaitu angka 10 yang diikuti oleh 243 angka nol). Sebuah sel terdiri dari jutaan molekul protein.

Argumentasi logis ketiga mengenai keberadaan Allah disebut argumentasi kosmologis. Setiap akibat pasti ada penyebabnya. Alam semesta dan segala isinya adalah akibat atau hasil. Pastilah ada sesuatu yang mengakibatkan segalanya ada. Pada akhirnya, haruslah ada sesuatu yang “tidak disebabkan” yang mengakibatkan segala sesuatu ada. Sesuatu yang “tidak disebabkan” itu adalah Allah. Argumentasi keempat dikenal sebagai argumentasi moral. Setiap kebudayaan dalam sejarah selalu memiliki sejenis hukum/peraturan. Setiap orang memiliki perasaan benar dan salah. Pembunuhan, berbohong, mencuri dan imoralitas hampir selalu ditolak secara universal. Dari manakah datangnya perasaan benar dan salah ini kalau bukan dari Allah yang suci?

Sekalipun demikian, Alkitab memberitahu kita bahwa orang-orang akan menolak pengetahuan yang jelas dan tak dapat disangkal mengenai Allah, dan percaya kepada kebohongan. Roma 1:25 berseru, “Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.” Alkitab juga memproklamirkan bahwa manusia tidak dapat berdalih untuk tidak percaya kepada Allah, “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Roma 1:20).

Orang-orang menolak untuk percaya kepada Tuhan karena “tidak ilmiah” atau “karena tidak ada bukti.” Alasan sebenarnya adalah begitu orang mengaku bahwa Allah itu ada, orang sadar bahwa mereka harus bertanggung jawab untuk segala sesuatu yang dilakukan. Kalau Allah tidak ada, maka kita bisa melakukan apa saja yang kita inginkan tanpa takut kepada Tuhan yang akan menghakimi kita. Saya percaya inilah sebabnya mengapa begitu banyak orang dalam masyarakat kita yang berpegang teguh pada evolusi, yaitu untuk memberi orang-orang alternatif untuk tidak percaya kepada Allah sang Pencipta. Allah ada dan pada akhirnya setiap orang tahu bahwa Allah ada. Bahkan fakta bahwa ada orang yang begitu sengitnya berusaha menolak keberadaan Allah pada dasarnya adalah merupakan bukti keberadaanNya.

Izinkan saya untuk memberikan argumentasi terakhir mengenai keberadaan Allah. Bagaimana saya bisa tahu bahwa Allah ada? Saya tahu Allah ada karena saya berbicara kepadaNya setiap hari. Saya tidak mendengar suaraNya berbicara kepada saya, namun saya merasakan kehadiranNya, saya merasakan pimpinanNya, saya mengenal kasihNya, saya merindukan anugerahNya. Banyak hal yang terjadi dalam hidup saya tidak dapat dijelaskan selain dari Tuhan. Dengan cara yang begitu ajaib Dia menyelamatkan saya dan mengubah hidup saya sehingga mau tidak mau saya harus mengakui dan mensyukuri keberadaanNya. Tidak ada satupun argumentasi ini yang secara sendirinya dapat meyakinkan seseorang yang terus menolak mengakui sesuatu yang sudah begitu jelas. Pada akhirnya, keberadaan Allah harus diterima melalui iman (Ibrani 11:6). Iman kepada Tuhan bukanlah iman yang buta, namun adalah melangkah dengan aman ke dalam ruangan yang terang di mana 90% orang sudah menanti.

Bagaimana saya dapat memahami kitab Wahyu?


 Bagaimana saya dapat memahami kitab Wahyu?

Jawaban: Kunci untuk penafsiran Alkitab secara konsisten, termasuk menafsirkan kitab Wahyu, adalah dengan memiliki hermeneutik yang konsisten. Hermeneutik adalah kajian prinsip-prinsip penafsiran. Dengan kata lain, hermeneutik adalah cara Anda menafsirkan Kitab Suci. Hermeneutik yang normal atau penafsiran Alkitab yang normal berarti bahwa kecuali kalau ayat atau bagian Alkitab itu dengan JELAS mengindikasikan bahwa dia menggunakan bahasa kiasan, kita harus memahami bagian itu dalam pengertian normal. Jangan merohanikan Alkitab dengan memberikan makna lain kepada kata-kata atau frasa-frasa ketika jelas bahwa sang penulis, di bawah tuntunan Roh Kudus, memaksudkan itu untuk dipahami sebagaimana kata-kata itu ditulis.

Satu contoh adalah Wahyu 20. Banyak dari kita yang memberikan berbagai arti kepada rujukan periode seribu tahun. Namun bahasanya tidak mengimplikasikan dengan cara apapun bahwa rujukan pada seribu tahun harus dipahami dengan cara yang lain daripada periode seribu tahun secara harafiah.

Garis besar sederhana dari kitab Wahyu terdapat dalam Wahyu 1:19. Dalam pasal pertama, Kristus yang bangkit dan dimuliakan berbicara kepada Yohanes. Kristus memerintahkan Yohanes untuk, “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.” Hal-hal yang Yohanes sudah lihat dicatat dalam pasal 1. “Hal-hal yang terjadi sekarang” (yang terjadi pada masa Yohanes) dicatat dalam pasal 2-3 (surat-surat kepada gereja-gereja). “Hal-hal yang akan terjadi” (masa depan) dicatat dalam pasal 4-22.

Secara umum, pasal 4-18 dari kitab Wahyu adalah mengenai hukuman Allah pada orang-orang dalam dunia. Penghakiman ini BUKAN untuk gereja (1 Tesalonika 5:2, 9). Gereja sudah dikeluarkan dari dunia ini dalam kejadian yang disebut pengangkatan orang-orang percaya. Pengangkatan orang-orang percaya digambarkan dalam 1 Tesalonika 4:13-18 dan 1 Korintus 15:51-52. Ini adalah masa kesusahan Yakub – kesusahan bagi Israel (Yeremia 30:7; Daniel 9:12; 12:1). Ini juga adalah masa ketika Allah menghakimi dunia karena pemberontakan mereka melawan Dia.

Pasal 19 menggambarkan kembalinya Kristus dengan Gereja, pengantin perempuan Kristus. Dia mengalahkan sang Binatang dan Nabi Palsu dan melemparkan mereka ke dalam lautan api. Dalam pasal 20 Iblis diikat dan dibuang ke dalam jurang yang tak terkira dalamnya. Kemudian Kristus mendirikan kerajaanNya di atas bumi untuk 1,000 tahun. Pada akhir dari 1,000 tahun itu Iblis dilepaskan dan dia akan memimpin pemberontakan melawan Allah. Dengan cepat dia akan dikalahkan dan juga dibuang ke dalam lautan api. Kemudian penghakiman terakhir, penghakiman orang-orang yang tidak percaya, di mana mereka juga akan dibuang ke dalam lautan api.

Pasal 21-22 menggambarkan apa yang disebut sebagai keadaan kekal. Ini adalah di mana Allah memberitahu kita seperti apa kekekalan dengan Dia. Kitab Wahyu dapat dimengerti! Allah tidak akan memberikannya kepada kita kalau artinya itu merupakan suatu misteri. Kunci untuk memahami kitab Wahyu adalah dengan berusaha menafsirkannya seharafiah mungkin. Kitab Wahyu mengatakan apa yang dimaksudkannya.

Menurut nubuat akhir zaman, akan terjadi apa ?

Pertanyaan: Menurut nubuat akhir zaman apa yang akan terjadi?

Jawaban: Alkitab berbicara banyak mengenai akhir zaman. Hampir setiap kitab dalam Alkitab mengandung nubuat mengenai akhir zaman. Berusaha mengerti dan menata setiap nubuat ini dapat merupakan pekerjaan yang sulit. Berikut ini adalah ringkasan yang sangat singkat mengenai apa yang Alkitab katakan akan terjadi pada akhir zaman:

Kristus akan memindahkan semua orang percaya yang merupakan bagian dari Gereja (orang-orang suci Perjanjian Baru) dari dunia ini melalui peristiwa yang disebut Pengangkatan (1 Tesalonika 4:13-18; 1 Korintus 15:51ff). Pada Tahta Penghakiman Kristus, orang-orang percaya ini akan diberikan pahala untuk perbuatan baik dan pelayanan mereka. Mereka mungkin saja kehilangan pahala mereka karena tidak melayani dan tidak taat, namun tidak akan kehilangan hidup kekal (1 Korintus 3:11-15; 2 Korintus 5:10).

Anti Kristus (binatang) akan berkuasa dan menandatangani pakta perdamaian (perjanjian) dengan Israel untuk masa tujuh tahun (Daniel 9:27). Masa tujuh tahun ini dikenal sebagai masa Tribulasi (kesengsaraan). Dalam masa Tribulasi ini akan terjadi peperangan, kelaparan, wabah dan berbagai bencana alam. Tuhan mencurahkan murkanya terhadap dosa dan kejahatan. Tribulasi menjadi tempat untuk ke empat penunggang kuda dalam Wahyu dan ke tujuh meterai, sangkakala dan cawan murka Allah.

Kurang lebih setengah dari masa 7 tahun, antikristus akan melanggar perjanjian damai dengan Israel dan berperang dengan mereka. Antikristus akan melakukan kekejian yang membinasakan dan membuat patung dirinya untuk disembah di tempat kudus (Daniel 9:27, 2 Tesalonika 2:3-10). Bagian kedua dari Tribulasi dikenal sebagai Kesengsaraan Besar dan waktu kesusahan bagi Yakub.

Pada akhir dari tujuh tahun Tribulasi, antikristus akan melakukan serangan terakhir terhadap Yerusalem yang memuncak pada Perang Harmagedon. Yesus Kristus akan datang kembali, membinasakan antikristus dan bala tentaranya dan membuang mereka ke dalam lautan api (Wahyu 19:11-21). Kristus akan membelenggu Iblis dalam jurang maut untuk 1000 tahun dan akan memerintah di atas bumi selama 1000 tahun (Wahyu 20:1-6).

Pada akhir dari 1000 tahun Iblis akan dilepaskan, kembali dikalahkan dan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:7-10). Kristus akan menghakimi orang-orang yang tidak percaya (Wahyu 20:10-15) di Tahta Putih yang Besar, membuang mereka ke dalam lautan api. Akan ada Langit yang Baru dan Bumi yang Baru – tempat kediaman kekal bagi orang-orang percaya. Tidak akan ada lagi dosa, kesusahan atau kematian. Demikian pula Yerusalem yang Baru akan turun dari Surga (Wahyu 21-22).

© Copyright 2002-2010 Got Questions Ministries

Bagaimana Allah membagikan karunia-karunia Roh? Apakah Allah akan memberi karunia Roh yang saya minta?

Pertanyaan: Bagaimana Allah membagikan karunia-karunia Roh? Apakah Allah akan memberi karunia Roh yang saya minta?

Jawaban: Roma 12:3-8 dan 1 Korintus 12 amat jelas bahwa setiap orang Kristen diberi karunia Roh sesuai dengan kehendak Tuhan. Karunia-karunia Roh diberikan dengan tujuan untuk membangun tubuh Kristus (1 Korintus 12:7; 14:12). Saat yang tepat ketika karunia ini diberikan tidak secara khusus disebutkan. Kebanyakan orang beranggapan bahwa karunia Roh diberikan pada saat kelahiran rohani (saat keselamatan). Namun demikian, ada beberapa ayat yang mungkin mengindikasikan bahwa Allah juga memberi karunia Roh pada waktu yang lebih belakangan. Baik 1 Timotius 4:14 dan 2 Timotius 1:6 merujuk pada “karunia” yang Timotius terima “oleh nubuat” pada saat dia ditahbiskan Kemungkinan ini mengindikasikan bahwa salah seorang penatua pada penahbisan Timotius berbicara di bawah kuasa Allah mengenai karunia rohani yang akan diberikan kepada Timotius untuk memampukan dia untuk pelayanan di kemudian hari.

Dalam 1 Korintus 12:28-31 and 1 Korintus 14:12-13 kita juga diberitahu bahwa Allahlah (dan bukannya kita) yang memilih karunia. Ayat-ayat ini juga mengindikasikan bahwa bukan semua orang akan memiliki karunia tertentu. Paulus memberitahukan orang-orang percaya di Korintus bahwa kalau mereka menginginkan karunia rohani, mereka harus menyingkirkan ketakjuban mereka dengan karunia-karunia yang “spektakular” atau “yang dapat dipamerkan”, dan mencari karunia-karunia yang membangun, seperti bernubuat (menyampaikan Firman Tuhan untuk membangun orang lain). Mengapa Paulus memberitahu mereka untuk mencari karunia-karunia “terbaik” kalau mereka sudah mendapatkan segala yang mereka bisa dapatkan, dan tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkan karunia-karunia yang “terbaik” ini? Ini akan membawa kita untuk percaya bahwa sama seperti Salomo meminta hikmat dari Allah untuk menjadi pemimpin yang baik dari umat Allah, maka Allah juga akan memberi kita karunia-karunia yang kita butuhkan untuk kebaikan gereja.

Setelah mengatakan ini masih perlu ditekankan bahwa karunia-karunia ini dibagikan menurut pilihan Allah, bukan diri kita. Kalau setiap orang Korintus menginginkan karunia tertentu, seperti misalnya bernubuat, Allah tidak akan memberi setiap orang karunia itu hanya karena mereka betul-betul menginginkannya. Mengapa? Di mana jadinya orang-orang lain yang dibutuhkan untuk melayani dalam peranan lain dalam tubuh Kristus?

Ada satu hal yang amat jelas, perintah Allah adalah pemberian kemampuan dari Allah. Kalau Allah memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu (misalnya bersaksi, mengasihi yang tidak dapat dikasihi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan, dll) Dia akan memampukan kita melakukan itu. Sebagian orang mungkin tidak punya “karunia” untuk menginjili seperti orang lain misalnya, namun Allah memerintahkan semua orang Kristen untuk bersaksi dan memuridkan (Matius 28:18-20; Kisah 1:8). Kita semua dipanggil untuk menginjili, baik kita memiliki karunia penginjilan atau tidak. Orang Kristen yang punya ketekadan yang mau terus berusaha setelah mempelajari Firman Allah dan mengembangkan kemampuannya untuk mengajar, akan menjadi guru yang lebih baik dari orang yang memiliki karunia untuk mengajar tapi mengabaikan karunia tsb.

Sebagai kesimpulan, apakah karunia rohani diberikan kepada kita saat kita menerima Kristus, atau kita mendapatkannya melalui hidup bersama Allah? Jawabannya adalah kedua-duanya. Biasanya karunia rohani diberikan pada saat diselamatkan, namun juga dapat diperoleh melalui pertumbuhan rohani. Apakah keingingan hati Anda dapat diperjuangkan dan dikembangkan menjadi karunia rohani? Dapatkah Anda mengejar karunia rohani tertentu? 1 Korintus 12:31 nampaknya mengindikasikan bahwa adalah mungkin untuk “dengan sungguh-sungguh menginginkan karunia yang terbaik.” Anda boleh minta dari Allah karunia rohani tertentu dan dengan giat mengejarnya dengan berusaha berkembang dalam bidang itu. Pada saat yang sama, kalau itu bukan kehendak Allah, Anda tidak akan mendapatkannya sekeras apapun Anda mengejarnya. Allah maha bijak dan tahu karunia apa yang paling bagus bagi Anda dalam kerajaanNya.

Seberapapun hebatnya Anda dalam karunia yang Anda miliki, kita semua dipanggil untuk mengembangkan bidang-bidang yang dicantumkan dalam daftar karunia rohani … menunjukkan keramahan, kemurahan, melayani satu dengan yang lain, mengabarkan Injil, dll. Saat kita berusaha melayani Dia karena kasih, demi untuk membangun orang lain bagi kemuliaanNya, Dia akan memuliakan namaNya, menumbuhkan gerejaNya dan memberi kita pahala (1 Korintus 3:5-8, 12:31-14:1). Allah berjanji bahwa ketika kita menjadikan Dia sebagai kesenangan kita, Dia akan mengabulkan keinginan hati kita (Mazmur 37:4-5). Termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan kita untuk melayani Dia dengan cara yang dapat memberi kita makna dan kepuasan.

Apa itu Tribulasi?

Pertanyaan: Apa itu Tribulasi? Bagaimana kita mengetahui bahwa Tribulasi akan berlangsung selama tujuh tahun?

Jawaban: Tribulasi adalah masa 7 tahun yang akan datang di mana Tuhan akan mengakhiri masa pendisiplinan terhadap Israel dan menyelesaikan penghakiman terhadap dunia yang tidak percaya. Gereja, yang terdiri dari semua orang yang telah percaya pada pribadi dan karya Tuhan Yesus yang menyelamatkan mereka dari hukuman dosa, tidak akan ada dalam dunia pada saat Tribulasi. Gereja akan diangkat dari dunia ini dalam peristiwa yang disebut Pengangkatan orang percaya (1 Tesalonika 4:13-18; 1 Korintus 15:51-53). Gereja dilepaskan dari murka yang akan datang (1 Tesalonika 5:9). Dalam Alkitab, Tribulasi disebut dengan berbagai nama, seperti misalnya:

1) Hari Tuhan (Yesaya 2:12; 13:6, 9; Yoel 1:15; 2:1, 11, 31, 3:14; 1 Tesalonika 5:2)

2) Kesusahan atau kesengsaraan (Ulangan 4:30; Zefanya 1:15)

3) Kesengsaraan besar yang menunjuk pada masa yang paling berat pada bagian akhir dari masa 7 tahun (Matius 24:21).

4) Hari atau waktu kesesakan (Daniel 12:1; Zefanya 1:15).

5) Waktu kesusahan bagi Yakub (Yeremia 30:7)

Untuk memahami tujuan dan waktu dari Tribulasi, kita perlu mengerti Daniel 9:24-27. Bagian dari kitab Daniel ini berbicara mengenai 70 minggu yang telah ditetapkan atas “bangsamu.” “Bangsa” Daniel adalah orang-orang Yahudi, bangsa Israel, dan yang dikatakan oleh Daniel 9:24 adalah masa yang Tuhan berikan untuk “melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang maha kudus.” Tuhan menetapkan “70 minggu” untuk menggenapi semua ini. Adalah penting untuk dimengerti bahwa ketika disebutkan “70 minggu” yang dimaksudkan bukan minggu sebagaimana kita ketahui (7 hari). Kata Bahasa Ibrani (heptad) yang diterjemahkan sebagai minggu dalam Daniel 9:24-27 secara harafiah berarti “7,” dan 70 minggu secara harafiah berarti 70 kali 7.

Masa yang Tuhan bicarakan ini sebenarnya adalah 70 kali 7 tahun atau 490 tahun. Ini dikonfirmasikan oleh ayat lain dalam kitab Daniel. Dalam ayat 25 dan 26 Daniel diberitahukan bahwa sang Mesias akan disingkirkan selama 7 minggu dan 62 minggu (total 69 minggu) mulai dari perintah untuk membangun kembali Yerusalem. Dengan kata lain 69 x 7 tahun (483 tahun) setelah perintah untuk mendirikan Yerusalem Mesias akan disingkirkan. Sejarahwan Alkitab mengkonfirmasikan bahwa 483 tahun telah berlalu sejak dari saat perintah untuk mendirikan Yerusalem sampai saat Yesus disalibkan. Kebanyakan sarjana Kristen, apapun pandangan eskatologis (masa-masa/peristiwa-peristiwa yang akan datang) mereka, memahami 70 minggu dalam kitab Daniel dengan pengertian yang sama dengan yang telah diuraikan di atas.

Dengan berlalunya 483 tahun dari perintah untuk mendirikan Yerusalem sampai pada penyingkiran Mesias, maka hanya tinggal 1 minggu (7 tahun) dari Daniel 9:24 yang masih harus digenapi “untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang maha kudus.” Masa 7 tahun yang terakhir ini dikenal sebagai masa Tribulasi – masa di mana Tuhan akan mengakhiri penghakiman atas Israel karena dosa-dosa mereka.

Daniel 9:27 memberi beberapa pokok-pokok penting dalam masa 7 tahun Tribulasi. Daniel 9:27 mengatakan “Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu." Pribadi yang dibicarakan dalam ayat ini adalah yang disebutkan oleh Yesus sebagai “Pembinasa keji” (Matius 24:15) dan disebut binatang dalam Wahyu 13. Daniel 9:27 mengatakan bahwa binatang itu akan menempatkan patung dirinya di tempat suci dan menuntut dunia untuk menyembah dia. Wahyu 13:5 menjelaskan bahwa ini akan terjadi selama 42 bulan, yaitu 3½ tahun. Karena Daniel 9:27 mengatakan bahwa ini akan terjadi pada tengah minggu, dan Wahyu 13:5 mengatakan bahwa binatang ini akan melakukan hal ini untuk masa 42 bulan, adalah mudah untuk melihat bahwa total lamanya adalah 84 bulan atau 7 tahun. Lihat pula Daniel 7:25 di mana “satu masa, dua masa dan setengah masa” (satu masa = 1 tahun; dua masa = 2 tahun; setengah masa = ½ tahun; keseluruhannya 3½ tahun) juga merujuk pada Kesengsaraan Besar, bagian terakhir dari 7 tahun Tribulasi ketika “kekejian yang menyebabkan kebinasaan” (binatang) akan berkuasa.

Untuk referensi lebih lanjut mengenai Tribulasi, lihat Wahyu 11:2-3 yang berbicara mengenai 1,260 hari dan 42 bulan, dan Daniel 12:11-12 yang berbicara mengenai 1, 290 hari dan 1,335 hari yang kesemuanya menunjuk pada pertengahan Tribulasi. Hari-hari selebihnya dalam Daniel 12 mungkin termasuk masa pada akhir dari penghakiman terhadap bangsa-bangsa (Matius 25:31-46) dan masa untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun milik Kristus (Wahyu 20:4-6).

© Copyright 2002-2010 Got Questions Ministries

Apa itu berdoa dalam bahasa lidah? Apakah berdoa dalam bahasa lidah merupakan bahasa antara orang percaya dan Allah?

Pertanyaan: Apa itu berdoa dalam bahasa lidah? Apakah berdoa dalam bahasa lidah merupakan bahasa antara orang percaya dan Allah?

Jawaban: Sebagai latarbelakang, silahkan baca artikel yang berjudul karunia bahasa lidah. Ada empat bagian Alkitab yang utama yang dikatakan sebagai bukti berdoa dalam bahasa lidah: Roma 8:26, 1 Korintus 14:4-17; Efesus 6:18 dan Yudas ayat 20. Efesus 6:18 dan Yudas ayat 20 menyebutkan “berdoa dalam Roh.” Namun demikian, berbahasa lidah sebagai bahasa doa bukanlah merupakan penafsiran yang mungkin untuk “berdoa dalam Roh.”

Roma 8:26 mengajar kita, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Dua poin utama membuat sangat tidak mungkin Roma 8:26 merujuk pada bahasa lidah sebagai bahasa doa. (1) Roma 8:26 menyatakan bahwa adalah Roh yang “mengeluh” bukan orang-orang percaya. (2) Roma 8:26 mengatakan bahwa keluhan dari Roh “tidak terucapkan.” Hakekat dasar dari berbahasa lidah adalah mengeluarkan kata-kata.

Dengan demikian kita tinggal memiliki 1 Korintus 14:4-17, dan khususnya ayat 14, “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.” 1 Korintus 14:14 secara khusus menyebut “berdoa dalam bahasa lidah/roh.” Apa artinya? Pertama-tama, mempelajari konteksnya mempunyai nilai yang tak terhingga. 1 Korintus 14 pada dasarnya adalah perbandingan/kontras antara karunia berbahasa lidah dan karunia bernubuat. Ayat 2-5 jelas memperlihatkan pandangan Paulus bahwa nubuat itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan bahasa lidah. Pada saat yang sama Paulus menyerukan nilai dari bahasa lidah dan menyatakan bahwa dia bangga bahwa dia berkata-kata dengan bahasa lidah lebih dari semua (ayat 18).

Kisah pasal 2 menggambarkan kali pertama munculnya bahasa lidah. Pada hari Pentakosta, para rasul berbahasa lidah. Kisah pasal 2 dengan jelas menyatakan bahwa para rasul berbicara dalam bahasa manusia (Kisah 2:6-8). Kata yang diterjemahkan “lidah” dalam Kisah pasal 2 dan 1 Korintus pasal 14 adalah “glossa” yang berarti “bahasa.” Ini adalah kata yang kemudian melahirkan istilah “glossary” dalam Bahasa Inggris. Berbahasa lidah adalah kemampuan untuk berbicara dalam bahasa yang Anda tidak kuasai, dengan tujuan untuk mengkomunikasikan Injil kepada seseorang yang mengerti bahasa tsb. Dalam wilayah Korintus yang multi kultural nampaknya karunia bahasa lidah sangatlah bermanfaat dan menonjol. Orang-orang percaya di Korintus mampu untuk mengkomunikasikan Injil dan Firman Tuhan dengan lebih baik karena karunia bahasa lidah. Namun demikian Paulus menyatakan dengan amat jelas bahwa bahkan penggunaan bahasa lidah dengan cara seperti inipun bahasa lidah tersebut harus diterjemahkan (1 Korintus 14:!3, 27). Seorang percaya dari Korintus akan berbahasa lidah, memberitakan kebenaran Allah kepada seseorang yang berbicara bahasa itu, dan kemudian orang percaya itu, atau orang percaya lainnya dari gereja tsb, menerjemahkan apa dikatakan sehingga seluruh jemaat dapat memahami apa yang dikatakan.

Kalau demikian apa itu berdoa dalam bahasa lidah dan apa bedanya dengan berbicara dalam bahasa lidah? 1 Korintus 14:13-17 mengindikasikan bahwa berdoa dlam bahasa lidah juga harus diterjemahkan. Sebagai hasilnya nampaknya berdoa dalam bahasa lidah adalah berdoa kepada Allah. Doa ini akan menjadi berkat bagi orang yang mengerti bahasa tsb. namun juga perlu diterjemahkan agar semua jemaat juga dibangun.

Penafsiran ini berbeda dengan penafsiran dari orang-orang yang memandang berdoa dalam bahasa lidah sebagai bahasa doa. Pemahaman ini dapat diringkaskan sbb: berdoa dalam bahasa lidah adalah bahasa doa pribadi antara seorang percaya dan Allah (1 Korintus 13:1), bahwa si orang percaya tsb. menggunakannya untuk membangun dirinya sendiri (1 Korintus 14:4). Penafsiran ini tidak Alkitabiah karena alasan-alasan berikut ini: (1) Bagaimana mungkin berdoa dalam bahasa lidah kalau doa itu harus diterjemahkan (1 Korintus 14:13-17)? (2) Bagaimana berdoa dalam bahasa lidah membangun diri sendiri padahal Alkitab mengatakan bahwa karunia roh adalah untuk membangun gereja dan bukan diri sendiri (1 Korintus 12:7)? (3) Bagaimana bahasa lidah dapat merupakan bahasa doa pribadi kalau bahasa lidah adalah “tanda untuk mereka yang tidak percaya” (1 Korintus 14:22)? (4) Nyata dengan jelas dalam Alkitab bahwa tidak semua orang memiliki karunia bahasa lidah (1 Korintus 12:11, 28-30). Bagaimana bahasa lidah dapat menjadi karunia untuk membangun diri sendiri kalau tidak semua orang percaya memilikinya? Bukankah kita semua perlu dibangun?

Ada pemahaman tambahan mengenai berdoa dalam bahasa lidah yang perlu dibicarakan. Sebagian orang memahami berdoa dalam bahasa lidah sebagai “bahasa kode/rahasia” yang mencegah Iblis dan pengikut-pengikutnya mengerti apa yang kita doakan dan mengambil keuntungan dari pengetahuan itu. Penafsiran ini tidaklah Alkitabiah karena alasan-alasan berikut ini: (1) Perjanjian Baru secara konsisten menggambarkan bahasa lidah sebagai bahasa manusia. (2) Alkitab mencatat orang-orang percaya yang tak terhingga jumlahnya yang berdoa dalam bahasa mereka masing-masing dengan suara nyaring tanpa kuatir bahwa Iblis akan menyadap doa itu. Bahkan sekalipun Iblis dan pengikut-pengikutnya mendengar dan memahami doa yang kita naikkan – mereka sama sekali tidak memiliki kuasa untuk mencegah Allah menjawab doa kita sesuai dengan kehendakNya. Kita tahu bahwa Allah mendengar doa-doa kita dan fakta tsb membuat apakah Iblis dan para pengikutnya mendengar doa-doa kita menjadi tidak lagi relevan.

Setelah mengatakan semua itu bagaimana dengan orang-orang Kristen yang telah mengalami berdoa dalam bahasa lidah dan merasa bahwa itu sangat membangun mereka? Pertama-tama, kita harus mendasari iman dan perbuatan kita pada Alkitab dan bukannya pengalaman. Kita perlu memandang pengalaman kita dalam ternag Kitab Suci dan bukannya menafsirkan Kitab Suci dalam terang pengalaman kita. Kedua, banyak ajaran sesat dan agama dunia yang juga melaporkan peristiwa bahasa lidah/berdoa dalam bahasa lidah. Jelah bahwa Roh Kudus tidak memberikan karuania kepada orang-orang yang tidak percaya ini, Karena itu kelihatan bahwa Iblis bisa memalsukan karunia bahasa lidah. Hal ini seharusnya membuat kita bahkan lebih berhati-hati membandingkan pengalaman-pengalaman kita dengan Kitab Suci. Ketiga, banyak studi telah memperlihatkan bahwa berbicara/berdoa dalam bahasa lidah dapat dipelajari. Melalui mendengar dan mengamati orang-orang berbicara/berdoa dalam bahasa lidah seseorang dapat belajar caranya, bahkan secara tanpa sadar. Hal ini adalah penjelasan yang paling mungkin untuk sebagian besar kasus bahasa lidah/berdoa dalam bahasa lidah yang terjadi di antara orang-orang Kristen. Keempat, perasaan “membangun diri sendiri” adalah sesuatu yang alamiah. Tubuh kita menghasilkan adrenalin dan endorfin ketika mengalami sesuatu yang baru, menggairahkan, merangsang emosi dan/atau terpisah dari pemikiran rasional.

Berdoa dalam bahasa lidah jelas adalah hal yang orang-orang Kristen dapat dengan hormat berbeda pendapat. Berdoa dalam bahasa lidah tidak menentukan keselamatan. Berdoa dalam bahasa lidah bukanlah sesuatu yang memisahkan orang Kristen dewasa dari yang tidak dewasa. Apakah berdoa dalam bahasa lidah adalah bahasa doa bukanlah sesuatu yang mendasar untuk iman Kristen. Jadi sekalipun kami percaya bahwa penafsiran Alkitab soal berdoa dalam bahasa lidah tidak mengarahkan kita utnuk menerima bahwa itu adalah bahasa doa yang bersifat pribadi untuk membangun diri sendiri – kami juga mengenali bahwa banyak orang yang mempraktekkan hal ini adalah saudara/i seiman dalam Kristus, dan layak mendapatkan kasih dan hormat kita.

Kapan / Bagaimana kita menerima Roh Kudus?

Pertanyaan: Kapan / Bagaimana kita menerima Roh Kudus?

Jawaban: Rasul Paulus dengan jelas mengajarkan bahwa kita menerima Roh Kudus pada saat kita percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita. 1 Korintus 12:13 mengatakan, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Roma 8:9 memberitahu kita bahwa jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan milik Kristus - “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.” Efesus 1:13-14 mengajar kita bahwa Roh Kudus adalah meterai keselamatan bagi setiap orang yang percaya, “Di dalam Dia kamu juga—karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu—di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”

Dari ketiga ayat Alkitab ini jelas bahwa Roh Kudus pastilah diterima pada saat keselamatan. Paulus tidak bisa mengatakan bahwa kita semua telah dibaptiskan oleh satu Roh dan semua minum dari satu Roh jika tidak semua orang percaya di Korintus memiliki Roh Kudus. Roma 8:9 bahkan lebih tegas. Jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan milik Kristus. Memiliki Roh Kudus adalah tanda pengenal dari keselamatan. Selanjutnya, Roh Kudus tidak mungkin menjadi ”meterai keselamatan” (Efesus 1:13-14) jika Roh Kudus tidak diterima pada saat keselamatan. Banyak ayat Alkitab yang jelas sekali memperlihatkan bahwa keselamatan kita terjamin pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat.

Diskusi ini kontroversial karena pelayanan Roh Kudus sering disalah mengerti. Penerimaan/berdiamnya Roh Kudus terjadi pada momen keselamatan. Kepenuhan Roh Kudus adalah suatu proses yang terus berlanjut dalam kehidupan Kristiani. Walaupun kami percaya bahwa baptisan Roh Kudus juga terjadi pada momen keselamatan, ada orang-orang Kristen lainnya yang tidak percaya hal itu. Akibatnya, kadang-kadang baptisan Roh dikacaukan dengan ”menerima Roh Kudus” sebagai sesuatu yang terjadi berikutnya sesudah orang diselamatkan. Sebagai kesimpulan, bagaimana kita menerima Roh Kudus? Kita menerima Roh Kudus dengan percaya pada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita (Yohanes 3:5-16). Kapankah kita menerima Roh Kudus? Roh Kudus menjadi milik kita secara permanen saat kita percaya.